Saat
ini, diseluruh dunia telah terjadi sindrom yang disebut dengan binge eating. Sebuah
studi di Inggris menyebutkan lebih dari 2% orang dewasa menderita binge eating
(ANRED, 2005). Sedangkan prevalensi penderita binge eating di Indonesia menurut
US Census Bureau, International Database 2004 adalah 1.669.170 orang dari
populasi orang di Indonesia yaitu 218,452,952 (Tantiani, 2007). Angka yang
cukup besar bukan? Apakah anda termasuk salah satunya? Mari kenali sejak dini.
Sebelum
menelik lebih jauh tentang binge eating, kita harus tahuapa sih yang disebut
dengan binge eating itu? Binge eating merupakan penyakit mental yang serius yang ditandai dengan
konsumsi makanan dalam porsi besar dan dengan frekuensi yang sering. Jangka
waktu untuk suatu binge itu biasanya 1-2 jam dan periode lama rentang
jangka waktu kelainan ini lebih dari 3 bulan.Jika periode makan berlebihan ini
tidak berlanjut sampai 3 bulan makan tidak dapat dikatakan atau dinyatakan
sebagai penderita binge eating disorder. Hanya dapat dikatakan sebagai
kecederungan binge eating.Orang-orang yang mengalami binge eating
tidak melakukan kegiatan olahraga sehingga sebagian besar mengalami kelebihan
berat badan atau bahkan obesitas. Binge eating dapat dialami oleh semua
orang dari semua usia dan mereka aka
mengalami kehilangan kontrol terhadap konsumsi makanan sehingga makan tanpa
rasa lapar secara fisik melainkan makan dengan rasa lapar emosi. Rasa lapar emosi ini muncul saat sedang dalam
keadaan stress, marah, bosan ataupun saat sedang dalam kesulitan. Terkadang
orang yang mengalami binge eating merasa malu dan bersalah saat mengonsumsi
makanan sehingga mereka lebih sering makan sendiri. Dan juga biasanya
orang-orang yang menderita binge eating ini selalu makan dengan cepat sehingga
rasa kenyang tidak kunjung tiba dan menyebabkan makan secara terus-menerus.
Tanda
dan gejala yang dialami oleh penderita binge eating tidak terlalu spesifik
sehingga terkadang kita menganggap tanda dan gejala ini adalah masalah yang
biasa bukan merupakan penyakit. Tanda dan gejala pada penderita binge eating
ini di klasifikasikan menjadi 3 yaitu secara fisik, psikologi, dan kebiasaan.
Secara fisik penderita binge eating merasa kelelahan dan tidur tidak nyenyak,
merasa konstipasi/BAB sulit sedangkan secara psikologi penderita merasa senang
apabila bertemu dengan makanan, merasa sangat kesulitan, sedih, dan takut saat
dan setelah binge eating, tidak percaya diri, malu dan tidak suka dengan bentuk
tubuh dan secara kebiasaan penderita suka menyimpan makanan dirumah, menghidari
pertanyaan tentang makanan dan berat badan, kebiasaan menghabiskan uang untuk
membeli makanan, dan masih banyak lagi.
Ada fakta yang baru-baru ini ditemukan
bahwa binge eating lebih banyak dialami oleh orang yang
menderita obesitas dan lebih banyak juga dialami oleh wanita dibandingkan
dengan pria. Dibuktikan oleh penelitian pada populasi yang mengalami kelebihan
berat badan (30%) dibandingkan sampel dari populasi umum (5% wanita dan 3 %
pria) (Brown,2005). Ternyata penebabnya adalah gender wanita dalam menghadapi
stres lebih sering menggunakan mekanisme emotional focused coping
(Skuee&Kirby,1995) yaitu mekanisme yang menggunakan emosi untuk
menyelesaikan tekanan yang ada. Jadi, dapat dikatakan bahwa wanita kebanyakan
akan lebih sering menggunakan Emotion-focused coping daripada Problem-focused
coping. Karena pada dasarnya, seorang wanita itu berhubungan dengan emosi,
rasio dan suasana hati. Dalam logika berpikirnya wanita biasanya dikuasai oleh
kesatuan tersebut, didasari oleh aspek emosi, perasaan dan suasana hatinya
(Yenni, Tansil, & Thio, 2013). Pikiran, perasaan dan kemampuan yang terpadu
pada wanita sering kali menggambarkan tindakannya yang sering dilandasi emosi.
Sehingga dari berbagi alasan diatas bahwa kebanyakan orang yang menderita binge
erating adalah perempuan.
Banyak
dampak dari binge eating yang cukup berbahaya dan masih belum banyak diketahui
oleh banyak orang adalah ruptur gastric atau esofagus (Ung, 2005) dan juga
obesitas karena tidak terkontrol pola makan penderita. Kondisi obesitas ini
juga dapat menyebabkan berbagai dampak pula yaitu osteoarthritis, gagal ginjal
kronis, hipertensi, dan kolesterol tinggi (dislipidemia) yang bisa berujung
pada meningkatnya resiko diabetes, struk, dan penyakit jantung. Sangat
mengerikan bukan dampak, dari penyakit binge eating ini. Namun jangan khawatir
bagi kalian yang mengalami binge eating ini kalian masih bisa disembuhkan
dengan cara-cara berikut ini :
1.
Terapi secara individu dan konseling
dengan prikoterapis dimana orang tersebut akan mengeksplorasi kesulitan yang
dihadapi dan bersiap untuk bergerak ke arah perubahan, psikoterapis sendiri
melakukan pendekatan secara interpersonal sehingga penderita binge eating dapat
sembuh dari penyakit yang diderita.
2.
Bekerja sama dengan ahli gizi yang
nantinya pasien akan mendapatkan rancangan diet yang tepat sehingga
mengembalikan kesehatan dan pola makan penderita. Ahli gizi juga akan memberi
informasi terkait hubungan pola makan dengan dampak dan efeknya sehingga pasien
dapat memutuskan untuk menjaga pola makannya.
3.
Terapi keluarga, gangguan pola makan ini
tidak ahanya mempengaruhi orang dengan gangguan makan tersebut tetapi juga
memiliki dampak terhadap anggota keluarga sehingga terapi ini bertujuan untuk
mengeksplorasi dan mencari cara untuk mendukung penyembuhan penderita binge
eating karena keluarga dapat membantu untuk mendorong penderita untuk sembuh
dan saling mendukung.
Oleh
karena itu, baik adanya menghindari diri dari kebiasaan makan yang berlebihan
agar terjaga pula kesehatan tubuh. Namun apabila sudah mengalami binge eating
sebaiknya mulai merubah pola makan ataupun melakukan beberapa terapi sehingga
dapat sembuh dan bisa kembali ke pola makan yang benar. Kenali sejak dini tanda
dan gejalanya sehingga bisa cepat diatasi dan ditangani. Jangan cepat
melampiaskan ke makanan apabila sedang stress coba cari cara lain yang lebih
bermanfaat dan bisa mengurangi rasa stress kalian.
Daftar Pustaka :
National
Eating Disorder Collaboration. Tanpa tahun. Binge
Eating Disorder (BED), (http://www.nedc.com.au/files/logos/0638_NEDC_FS_BED_v4.pdf).
Diakses pada 10 Mei 2016.
Body
Whys. 2015. Binge Eating : Breaking the
Cycle A self-help guide toward recovery, (http://www.bodywhys.ie/m/uploads/BEDBookletUpload.pdf).
Diakses pada 10 Mei 2016.
Hapsari,
I. 2009. Hubungan faktor stress dengan
pola makan, (lib.ui.ac.id). diakses pada 17 Mei 2016.
Audrelia,
V. 2015. Hubungan tingkat stress dengan
kecenderungan binge eating disorder pada wanita penderita obesitas, (http://psychology.binus.ac.id/2015/09/01/hubungan-tingkat-stres-dengan-kecenderungan-binge-eating-disorder-pada-wanita-penderita-obesitas/).
Diakses pada 17 Mei 2016.
No comments:
Post a Comment