Thursday, May 26, 2016

NUTLOOK




Saat ini, diseluruh dunia telah terjadi sindrom yang disebut dengan binge eating. Sebuah studi di Inggris menyebutkan lebih dari 2% orang dewasa menderita binge eating (ANRED, 2005). Sedangkan prevalensi penderita binge eating di Indonesia menurut US Census Bureau, International Database 2004 adalah 1.669.170 orang dari populasi orang di Indonesia yaitu 218,452,952 (Tantiani, 2007). Angka yang cukup besar bukan? Apakah anda termasuk salah satunya? Mari kenali sejak dini.
Sebelum menelik lebih jauh tentang binge eating, kita harus tahuapa sih yang disebut dengan binge eating itu? Binge eating merupakan penyakit  mental yang serius yang ditandai dengan konsumsi makanan dalam porsi besar dan dengan frekuensi yang sering. Jangka waktu untuk suatu binge itu biasanya 1-2 jam dan periode lama rentang jangka waktu kelainan ini lebih dari 3 bulan.Jika periode makan berlebihan ini tidak berlanjut sampai 3 bulan makan tidak dapat dikatakan atau dinyatakan sebagai penderita binge eating disorder. Hanya dapat dikatakan sebagai kecederungan binge eating.Orang-orang yang mengalami binge eating tidak melakukan kegiatan olahraga sehingga sebagian besar mengalami kelebihan berat badan atau bahkan obesitas. Binge eating dapat dialami oleh semua orang  dari semua usia dan mereka aka mengalami kehilangan kontrol terhadap konsumsi makanan sehingga makan tanpa rasa lapar secara fisik melainkan makan dengan rasa lapar emosi.  Rasa lapar emosi ini muncul saat sedang dalam keadaan stress, marah, bosan ataupun saat sedang dalam kesulitan. Terkadang orang yang mengalami binge eating merasa malu dan bersalah saat mengonsumsi makanan sehingga mereka lebih sering makan sendiri. Dan juga biasanya orang-orang yang menderita binge eating ini selalu makan dengan cepat sehingga rasa kenyang tidak kunjung tiba dan menyebabkan makan secara terus-menerus.
Tanda dan gejala yang dialami oleh penderita binge eating tidak terlalu spesifik sehingga terkadang kita menganggap tanda dan gejala ini adalah masalah yang biasa bukan merupakan penyakit. Tanda dan gejala pada penderita binge eating ini di klasifikasikan menjadi 3 yaitu secara fisik, psikologi, dan kebiasaan. Secara fisik penderita binge eating merasa kelelahan dan tidur tidak nyenyak, merasa konstipasi/BAB sulit sedangkan secara psikologi penderita merasa senang apabila bertemu dengan makanan, merasa sangat kesulitan, sedih, dan takut saat dan setelah binge eating, tidak percaya diri, malu dan tidak suka dengan bentuk tubuh dan secara kebiasaan penderita suka menyimpan makanan dirumah, menghidari pertanyaan tentang makanan dan berat badan, kebiasaan menghabiskan uang untuk membeli makanan, dan masih banyak lagi.
Ada fakta yang baru-baru ini ditemukan bahwa binge eating lebih banyak dialami oleh orang yang menderita obesitas dan lebih banyak juga dialami oleh wanita dibandingkan dengan pria. Dibuktikan oleh penelitian pada populasi yang mengalami kelebihan berat badan (30%) dibandingkan sampel dari populasi umum (5% wanita dan 3 % pria) (Brown,2005). Ternyata penebabnya adalah gender wanita dalam menghadapi stres lebih sering menggunakan mekanisme emotional focused coping (Skuee&Kirby,1995) yaitu mekanisme yang menggunakan emosi untuk menyelesaikan tekanan yang ada. Jadi, dapat dikatakan bahwa wanita kebanyakan akan lebih sering menggunakan Emotion-focused coping daripada Problem-focused coping. Karena pada dasarnya, seorang wanita itu berhubungan dengan emosi, rasio dan suasana hati. Dalam logika berpikirnya wanita biasanya dikuasai oleh kesatuan tersebut, didasari oleh aspek emosi, perasaan dan suasana hatinya (Yenni, Tansil, & Thio, 2013). Pikiran, perasaan dan kemampuan yang terpadu pada wanita sering kali menggambarkan tindakannya yang sering dilandasi emosi. Sehingga dari berbagi alasan diatas bahwa kebanyakan orang yang menderita binge erating adalah perempuan.
Banyak dampak dari binge eating yang cukup berbahaya dan masih belum banyak diketahui oleh banyak orang adalah ruptur gastric atau esofagus (Ung, 2005) dan juga obesitas karena tidak terkontrol pola makan penderita. Kondisi obesitas ini juga dapat menyebabkan berbagai dampak pula yaitu osteoarthritis, gagal ginjal kronis, hipertensi, dan kolesterol tinggi (dislipidemia) yang bisa berujung pada meningkatnya resiko diabetes, struk, dan penyakit jantung. Sangat mengerikan bukan dampak, dari penyakit binge eating ini. Namun jangan khawatir bagi kalian yang mengalami binge eating ini kalian masih bisa disembuhkan dengan cara-cara berikut ini :
1.      Terapi secara individu dan konseling dengan prikoterapis dimana orang tersebut akan mengeksplorasi kesulitan yang dihadapi dan bersiap untuk bergerak ke arah perubahan, psikoterapis sendiri melakukan pendekatan secara interpersonal sehingga penderita binge eating dapat sembuh dari penyakit yang diderita.
2.      Bekerja sama dengan ahli gizi yang nantinya pasien akan mendapatkan rancangan diet yang tepat sehingga mengembalikan kesehatan dan pola makan penderita. Ahli gizi juga akan memberi informasi terkait hubungan pola makan dengan dampak dan efeknya sehingga pasien dapat memutuskan untuk menjaga pola makannya.
3.      Terapi keluarga, gangguan pola makan ini tidak ahanya mempengaruhi orang dengan gangguan makan tersebut tetapi juga memiliki dampak terhadap anggota keluarga sehingga terapi ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mencari cara untuk mendukung penyembuhan penderita binge eating karena keluarga dapat membantu untuk mendorong penderita untuk sembuh dan saling mendukung.
Oleh karena itu, baik adanya menghindari diri dari kebiasaan makan yang berlebihan agar terjaga pula kesehatan tubuh. Namun apabila sudah mengalami binge eating sebaiknya mulai merubah pola makan ataupun melakukan beberapa terapi sehingga dapat sembuh dan bisa kembali ke pola makan yang benar. Kenali sejak dini tanda dan gejalanya sehingga bisa cepat diatasi dan ditangani. Jangan cepat melampiaskan ke makanan apabila sedang stress coba cari cara lain yang lebih bermanfaat dan bisa mengurangi rasa stress kalian.





Daftar Pustaka :
National Eating Disorder Collaboration. Tanpa tahun. Binge Eating Disorder (BED), (http://www.nedc.com.au/files/logos/0638_NEDC_FS_BED_v4.pdf). Diakses pada 10 Mei 2016.
Body Whys. 2015. Binge Eating : Breaking the Cycle A self-help guide toward recovery, (http://www.bodywhys.ie/m/uploads/BEDBookletUpload.pdf). Diakses pada 10 Mei 2016.
Hapsari, I. 2009. Hubungan faktor stress dengan pola makan, (lib.ui.ac.id). diakses pada 17 Mei 2016.
Audrelia, V. 2015. Hubungan tingkat stress dengan kecenderungan binge eating disorder pada wanita penderita obesitas, (http://psychology.binus.ac.id/2015/09/01/hubungan-tingkat-stres-dengan-kecenderungan-binge-eating-disorder-pada-wanita-penderita-obesitas/). Diakses pada 17 Mei 2016.


No comments:

Post a Comment