Ayo
Cukupkan Kebutuhan Triptofan Anak Anda!
Fase
terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah saat bayi dan balita karenanya hal tersebut
menjadi pondasi utama bagi masa depan anak. Keadaan gizi merupakan
salah satu hal yang memengaruhinya. Salah
satu zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan adalah protein. Ada berbagai
macam asam amino dalam tubuh, salah satunya adalah triptofan. Triptofan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara umum terutama pada anak-anak dimana terjadi proses
pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang pesat.
Penelitian menyebutkan bahwa triptofan erat hubungannya dengan serotonin. Tidak adanya serotonin menyebabkan gangguan pematangan sel syaraf dan bagian-bagian
lain di otak, serta bisa mengakibatkan depresi. Di
dalam tubuh, triptofan
yang dikonsumsi akan diubah menjadi
niasin atau biasa disebut vitamin B3. Niasin penting dalam
metabolisme makanan menjadi energi dan juga menjaga kesehatan sistem syaraf.
Asam amino triptofan bisa didapatkan
dari berbagai makanan. Sumber asam amino triptofan paling tinggi yaitu ikan bandeng, daging ayam, mie,
beras, dan roti gandum. Berdasarkan data dari
FAO kebutuhan triptofan sehari bagi bayi (3-4 bulan) adalah 17 gr/hari,
anak-anak (2 tahun) adalah 12,5 gr/hari, dan anak usia sekolah (10-12 tahun) 4
gr/hari.
Dibalik manfaatnya yang besar,
ternyata triptofan membawa efek samping jika dikonsumsi berlebihan. Efek
tersebut diantaranya adalah pusing, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, mulut
kering, mual, dan mengantuk. Selain itu, kelebihan mengonsumsi
triptofan bahkan dapat menyebabkan sindrom eosiniophilia-mialgia
yang menyebabkan nyeri saraf dan otot, rambut rontok, kelelahan, ruam, dan
kulit kering. Oleh karena itu agar terhindar dari efek samping yang merugikan
tersebut, maka sebagai orang
tua harus bijak dalam pemberian makanan
sumber triptofan kepada anak.
Sumber:
Candra, Asep. 2013. Inilah 13
Nutrisi Penting untuk Cerdaskan Anak, (http://health.kompas.com/read/2013/05/02/10410925/inilah.13.nutrisi.penting.untuk.cerdaskan.anak),
diaksespada 8 Maret 2016.
FAO. 1985. Energy and Protein
Requirements, (http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:h3SZcoZDas4J:www.fao.org/docrep/003/aa040e/aa040e00.htm+&cd=1&hl=id&ct=clnk),
diakses pada 14 Maret 2016.
Gurnida, Dida A. 2011. Revolusi Kecerdasan-Nutrisi bagi Perkembangan Otak, (http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2013/11/Pustaka_Unpad_Revolusi_-Kecerdasan.pdf),
diaksespada 8 Maret 2016.
Pusponegoro, Hardiono D. 2007.Peran
Serotonin pada Anak dengan Gangguan Autistik, (http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-4-6s.pdf),
diaksespada 8 Maret 2016.
Nestle. 2015. Triptofan, Bukan
Antioksidan Biasa!, (https://www.sahabatnestle.co.id/content/view/triptofan-bukan-antioksidan-biasa.html),
dikases pada 4 Maret 2016.
Wahyuni, Tri. 2015. Hubungan Antara
Asupan Triptofan dan Selenium dengan Status Depresi pada Pasien Cedera Tulang
Belakang di RSO. Prof. DR. R. Soeharso Surakarta, (http://eprints.ums.ac.id/38240/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf),
dikases pada 14 Maret 2016.
Zulaikhah, Siti. 2010. Hubungan
Status Gizi dengan Perkembangan Anak Usia 2 Sampai 3 Tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Gambirsari Kota Surakarta, (https://core.ac.uk/download/files/478/12350334.pdf),
diakses pada 14 Maret 2016.
No comments:
Post a Comment