Pada umumnya kita terbiasa menyantap buah setelah makan. Buah pada
umumnya dijadikan sebagai pencuci mulut yang kerap disajikan setelah makan
besar. Apakah memang sebaiknya dikonsumsi setelah makan-makanan yang lain? Yuk
kita ulas sedikit mengenai waktu yang tepat untuk mengonsumsi buah J
Saat
kita mengonsumsi buah, tak pernah terpikirkan apa yang akan terjadi dalam tubuh
kita. Padahal kita harus mengetahui kapan dan bagaimana cara yang tepat untuk
mengonsumsi buah. Berbagai sumber mengatakan baahwa waktu yang tepat untuk
mengkonsumsi buah adalah sebelum makan.
Mengapa
begitu? Buah harus dikonsumsi saat
perut kita kosong yang nantinya akan memegang peran untuk sistem detoksifikasi tubuh, memberikan kita energi yang dapat kita gunakan dengan cepat. Karena buah dapat dicerna tubuh sekitar 20-30 menit, kecuali pisang yang dapat mencapai 45 menit. Selain hal tersebut, terdapat segi positif jika kita sedang dalam program diet. Buah akan membuat kita merasa kenyang dan menghindari konsumsi makanan tinggi kalori. Lalu mengapa tidak dianjurkan makan buah setelah makan? Saat kita mengonsumsi makanan misalnya karbohidrat, tubuh baru dapat mencerna makanan tersebut sekitar 3 jam, dan jika protein dapat mencapai 4 jam lebih. Jika buah dikonsumsi setelah makan, maka buah tersebut akan tertunda proses pencernaannya karena bersama dengan makanan berat yang belum tercerna dan yang disayangkan fungsi buah yang tadinya dapat dicerna tubuh dengan cepat tidak dapat tercapai. Saat buah sudah siap menuju usus, buah tidak dapat langsung menuju usus karena tertahan bersama makanan yang belum tecerna. Maka buah akan membusuk dan terfermentasi menjadi asam.
perut kita kosong yang nantinya akan memegang peran untuk sistem detoksifikasi tubuh, memberikan kita energi yang dapat kita gunakan dengan cepat. Karena buah dapat dicerna tubuh sekitar 20-30 menit, kecuali pisang yang dapat mencapai 45 menit. Selain hal tersebut, terdapat segi positif jika kita sedang dalam program diet. Buah akan membuat kita merasa kenyang dan menghindari konsumsi makanan tinggi kalori. Lalu mengapa tidak dianjurkan makan buah setelah makan? Saat kita mengonsumsi makanan misalnya karbohidrat, tubuh baru dapat mencerna makanan tersebut sekitar 3 jam, dan jika protein dapat mencapai 4 jam lebih. Jika buah dikonsumsi setelah makan, maka buah tersebut akan tertunda proses pencernaannya karena bersama dengan makanan berat yang belum tercerna dan yang disayangkan fungsi buah yang tadinya dapat dicerna tubuh dengan cepat tidak dapat tercapai. Saat buah sudah siap menuju usus, buah tidak dapat langsung menuju usus karena tertahan bersama makanan yang belum tecerna. Maka buah akan membusuk dan terfermentasi menjadi asam.
Selain
itu terdapat hal yang jarang diperhatikan banyak orang, kita terbiasa
mengonsumsi buah dalam bentuk yang sudah diolah. Padahal buah yang dikonsumsi
segar secara utuh maupun dalam bentuk jus segar buatan sendiri, kaya dengan
serat, vitamin, mineral, dan enzim. Semua kandungan buah tersebut berguna bagi
tubuh dan cepat sekali dimanfaatkan. Kecepatan tersebut tidak diikuti oleh gula
alami dalam buah, yaitu fruktosa. Jika buah dimakan dengan benar, hal ini tidak
akan menaikkan level gula darah instan. Fruktosa yang terserap perlahan tidak
memancing produksi insulin dari pankreas. Tubuh akan nyaman walau buah
tergolong manis. Tidak keluarnya insulin juga menjadi energi tubuh. Sementara
buah tetap memberi pasokan energi setelah gula dikonversi oleh liver. Mengonsumsi
buah segar, utuh atau jus, minimal 20-30 menit sebelum makan mampu menyiapkan
tubuh untuk menyiapkan energi cerna. Buah yang masuk terlebih dahulu
menyumbangkan enzim, vitamin, dan mineral yang utuh dan mudah serap tanpa
dirusak makanan lain. Target tubuh untuk menyuplai substansi penting dari waktu
makan normal, menjadi terbantu. Jadi disarankan untuk makan buah dengan benar, saat
pagi hari eksklusif dan beberapa waktu sebelum makan. Jika diasup secara rutin
dan dengan cara yang benar, buah dapat membuat kerja pencernaan menjadi sangat
ringan sehingga menyehatkan. Buah telah memiliki enzim yang mampu mengurai
molekulnya sendiri dalam sistem cerna, sekaligus menyumbang enzim bagi
tubuh. Buah memiliki kandungan serat dan
enzim cerna yang mampu membantu tubuh menghilangkan tumpukan makanan di usus
besar.
Kita semua sering mendengar orang
mengeluh setiap kali makan semangka lalu bersendawa, ketika makan pisang merasa
seperti ingin lari ke toilet. Sebenarnya
semua ini tidak akan muncul jika mengonsumsi buah pada perut kosong. Saat kita
mengonsumsi buah pada saat perut tidak kosong, maka buah akan bercampur dengan
makanan lain yang nantinya akan membusuk dan menghasilkan gas. Mengonsumsi buah
dalam kedaan perut kosong tidak menimbulkan masalah bagi asam lambung, karena
sifat buah adalah pembentuk basa. Banyak dari masyarakat menyebut buah seperti
jeruk dan lemon bersifat asam, menurut Dr Herbert Shelton yang melakukan
penelitian mengenai hal ini menyatakan bahwa
semua buah-buahan menjadi basa dalam tubuh kita. Dr Herbert Shelton
adalah advokat pengobatan alternatif Amerika yang meninggal pada tahun 1985.
Maka dari itu, bila kita ingin minum jus buah, lebih baik minum jus buah segar, bukan dari kaleng. Dan juga tidak minum jus yang telah memanas. Makan buah yang telah dimasak kurang dianjurkan karena kita tidak mendapatkan nutrisi yang lengkap. Proses pemasakan akan menghancurkan vitamin. Selain itu, vitamin dalam makanan dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan, perubahan pasca panen, perawatan awal (mencuci, penggilingan), blanching dan pengolahan termal lainnya, serta penyimpanan.
Tetapi mengonsumsi buah utuh
lebih baik daripada minum jus. Buah utuh lebih memiliki kandungan serat yang
lebih banyak dibandingkan jus. Jika harus minum jus, minumlah seteguk demi
seteguk secara perlahan, agar dapat bercampur dengan air liur sebelum menelannya.
Mengunyah atau menjaga makanan lebih lama di dalam mulut akan membantu
melarutkan makanan dengan enzim dan membiarkan mereka bertindak secara efektif.
Buah manis karena matang pohon, berserat serta berair adalah kriteria terbaik.
Bagaimana menurutmu para calon
ahli gizi? J
Semoga bisa menjadi tambahan ilmu ya, jangan diterima mentah2 ya, tetap mencari
dan selalu membacaJ
Sumber:
Shinya, Hiromi. 2007. The Miracle
of Enzyme. Qanita:Bandung
Lebang, Erikar. 2014. Mitos dan
Fakta Kesehatan 2. Buku Kompas: Jakarta
Lebang, Erikar. 2012. Mitos dan
Fakta Kesehatan. Buku Kompas: Jakarta
Dr.Oz On Eating Fruits. Chinese.
(Online) http://www.philcheung.com/Health/BMAM_e.htm
Healthy Librarian. 2010.Dr.
Hiromi Shinya, the Physician-Inventor of the Colonoscopic
Polypectomy: What He's Learned
About Diet and Health From Over 300,000 Colonoscopies
bermutu sekali artikelnya disertai penjelasan yang mudah dimengerti
ReplyDeleteterima kasih atas pesannya :) nantikan artikel dari kami berikutnya yaa :))
Delete